Minggu, 07 November 2010

resume film atau video

Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)


Fenomena pacaran di kalangan anak muda sekarang ini dapat kita jumpai dimana&kapan saja. Sepintas mereka terlihat senang, ceria, dan penuh senyum, tapi apakah kita tahu diantara mereka itu terjadi kekerasan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Banyak kasus yang dapat kita temui di lapangan, salah satunya adalah film/video yang dibuat oleh salah seorang mahasiswi swasta di Jakarta.
Film yang berjudul CINTA, pemeran utamanya adalah Melati (sebagai korban) dan Jaka keduanya memerankan sebagai pasangan muda yang sedang berpacaran. Pada awalnya hubungan mereka berjalan dengan baik, tidak ada hal-hal yang mencurigakan dan menyimpang. Namun lama-kelamaan Jaka bersikap otoriter dan egois. Setiap dia punya keinginan, harus dipatuhi oleh Melati jika tidak maka Melati jadi sasaran pelampiasan kemarahan Jaka. Melati adalah seorang mahasiswi dan juga carier woman. Dia kuliah sambil kerja untuk melatih kemandiriannya dalam hidup walaupun kedua orang tuanya masih sanggup membiayai uang kuliahnya. Tapi waktu dia menjadi tersita, sehingga tidak punya banyak waktu untuk menemani Jaka. Jaka pun memerintahkan Melati untuk berhenti bekerja, tapi Melati tidak mau menurutinya, dan akhirnya Melati jadi bahan pelampiasan kemarahan Jaka. Kejadian itu terjadi berulang-ulang.Sampai akhirnya Melati tidak tahan dengan perbuatan Jaka, dia menceritakan perbuatan Jaka kepada teman dekatnya, dan Melati merasa lebih lega karena telah mencurahkan semua perlakuan Jaka. Akhirnya Melati pun berani mengambil keputusan untuk meninggalkan Jaka, karena Jaka bukanlah lelaki yang baik baginya. Tidak perlu waktu lama bagi Melati untuk melupakan sosok Jaka dihatinya. Melati menyibukkan dirinya dengan beberapa aktifitas mulai dari pekerjaan, kumpul dengan teman lama, jalan-jalan dan lain-lain. Jaka mengaku perbuatan dirinya kepada Melati sebagai pengaruh dari perbuatan ayahnya yang suka berbuat kekerasan kepada ibunya. Tapi apapun alasannya kekerasan tidak boleh dilakukan kepada siapapun, hal ini selaras dengan Sila ke 2 dalam pancasila yakni “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”.