Sabtu, 10 September 2011

undefined undefined

Bukan hanya Intelegensi, tapi Strategi


SELEKSI Nasional Masuk PTN atau biasa disingkat SNMPTN merupakan ajang unjuk gigi bagi para siswa siswi kelas 3 SMA/sederajat, bahkan tak sedikit pula bagi senior mereka yang belum kuliah, ataupun yang ingin mengulang kembali ujian masuk. SNMPTN menjadi jalur masuk resmi bagi kita semua untuk memiliki status kemahasiswaan di sebuah PTN.

Karenanya, wajar apabila setiap peserta tes SNMPTN menunjukkan performa terbaiknya. Justru sangat janggal apabila ada orang yang tidak sadar bahwa persaingan nasional dalam SNMPTN adalah persaingan yang tidak main-main.

Untuk membantu setiap peserta tes mengeluarkan performa terbaiknya, banyak pula bimbingan belajar yang menawarkan paket istimewa, mulai dari konsultasi dengan guru berpengalaman hingga garansi apabila tidak diterima di PTN yang diinginkan. Fasilitas tersebut sebenarnya bisa menjadi alat bantu. Bimbingan belajar mampu mengarahkan siswa sehingga siswa tidak belajar tanpa arah.

Tetapi sesungguhnya bimbingan belajar pun hanya alat bantu yang sifatnya tidak wajib. Toh, harusnya kita sadar bersama bahwa substansinya bukan bantuan dari orang lain apabila diri kita sendiri sudah mampu belajar dengan efektif.

Itulah kata kuncinya, belajar efektif. Bukan hanya jumlah bimbingan belajar yang kamu ikuti, kualitas soal dan guru, atau banyak try out ujian masuk yang dicoba. Tetapi seberapa efektifkah usaha belajar kita? Jangan sampai kuantitasnya banyak sehingga melelahkan tetapi ternyata secara kualitas belajar kita masih sangat buruk. Bukankah itu sama saja dengan buang-buang waktu?

Persaingan nasional dalam SNMPTN pun bukan hanya mengukur intelegensi, tapi juga strategi. Apa buktinya? Buktinya adalah banyaknya anak pintar yang tidak lulus SNMPTN. Bukan gara-gara dia bodoh, tetapi karena dia kurang lihai menyusun strategi.

Kemudian strategi apa yang harus kita siapkan? Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menyelesaikan satu hal ini, “ku tahu apa yang ku mau”. Wajib hukumnya untuk tau siapa diri kita, di mana letak kemampuan kita, apa target idealis kita, apa pula target realistis kita, bahkan kalau perlu kita juga harus menyiapkan target pesimis kita. Jangan terlalu tinggi seperti punguk merindukan bulan dalam menentukan target, tetapi buatlah target yang logis dan realistis untuk kita capai. Jangan pula ragu menentukan mimpi, karena percayalah bukankah Tuhan akan selalu memeluk mimpi-mimpimu?

Setelah itu yang harus kita lakukan adalah membuat skala prioritas, mana yang lebih prioritas antara ini adan itu, mana yang harus ditinggalkan sejenak, mana yang harus menjadi perhatian. Semuanya harus jelas dan tega dilakukan. Belajarlah disiplin dengan diri sendiri. Jika dalam bermain games saja kita begitu serius mempersiapkan segala sesuatu nya, apalagi untuk hidup bukan yang hanya satu kali dan tanpa garansi?

Terakhir, berjuanglah dengan maksimal. Seperti judul lagu, jangan menyerah. Ya, janganlah cepat menyerah. Jalan kesuksesan dan kebahagiaan tidak pernah mulus saja tanpa bebatuan. Jadilah seseorang yang tangguh dan tidak terkalahkan. Tidak cepat lelah dan tidak cepat puas.

Manusiawi apabila kita merasa lelah, maka refreshinglah sejenak. Setelah itu kembali lagi berjuang. Begitu terus hingga bagi kita ini semua cukup disebut kesuksesan. Gagal satu kali bukan berarti dunia hancur dan menghentikan langkah kita, gagal dua kali pun begitu, gagal berkali-kali? Wah tandanya kebahagiaanmu nanti setelah melewati ini semua akan begitu besar.

“Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi. Tetap semangat, dan teguhkan hati di setiap hari, sampai nanti, sampai mati.” (Letto)

Haniva Az Zahra
Konselor Pendidikan BKB Nurul Fikri(//rfa